Etika Periklanan

MAKALAH

ETIKA PERIKLANAN

narotama logo bunder.png

 

Dosen Pengampu :

Hj.I.G.A Aju Nitya Dharmani,SST,SE,MM.

Disusun Oleh :

Afira Muntiasari

01219069

 

 

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NAROTAMA

2021


 

BAB I PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

         Etika dalam periklanan mengandung arti bahwa pengiklan harus melakukan hanya iklan yang baik yaitu iklan yang jujur. Dalam artian, iklan yang ditampilkan adalah iklan yang menampilkan fakta-fakta yang benar, tidak berlebihan, dan tidak ada kebohongan terkait dengan ide, produk, atau layanan yang diiklankan. Selain itu, ide, produk, layanan atau institusi harus dinyatakan dengan jelas dalam iklan.

        Etika dalam periklanan juga mengacu pada hanya ide, produk, atau layanan yang baik saya yang harus diiklankan kepada konsumen yang tepat. Iklan-iklan berbagai produk yang dapat merusak atau menyakiti harus dihindari seperti iklan rokok, iklan minuman keras, dan lain-lain

Periklanan adalah fenomena bisnis modern. Tidak ada perusahaan yang ingin maju dan memenangkan kompetisi bisnis tanpa mengandalkan iklan. Setiap kegiatan bisnis pasti mengandung resiko, seperti halnya periklanan yang sering berhadapan dengan begitu banyak kritik dan tanda tanya. Lebih-lebih pada era globalisasi ekonomi yang disokong oleh revolusi informasi dan kompetisi terbuka seperti sekarang ini, periklanan telah menjadi persoalan dilematis yang kian tak berujung pangkal.

Menurut Kurniawan dan Junaedi (2007), menyatakan bahwa ketaatan beragama akan berpengaruh terhadap komunikasi pemasaran. Ketaatan beragama memegang peran penting terhadap pembentukan perilaku sosial dan individu. Perbedaan kehidupan beragama juga mempengaruhi cara hidup, pola makan dan berinteraksi bermasyarakat pada diri seseorang misalnya pengaruh agama dan 2 pola makan dapat dihubungkan dengan adanya larangan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman tertentu. Sebagai contoh. penganut agama Muslim tidak makan daging babi, penganut agama Hindu tidak makan daging sapi. Agama juga mempengaruhi peran dan aturan gender dalam beberapa budaya. Di beberapa negara Islam, misalnya antara pria dan wanita harus menutup tubuh dan lutut ke atas setiap saat dan pada kasus tertentu wanita hanya memperlihatkan wajah mereka saja.

Secara sederhana definisi iklan menurut Masyarakat Periklanan Indonesia (1983: 45) dalam Adona (2006: 19) iklan merupakan segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditunjukkan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Sementara dalam dunia periklanan, iklan selalu mengekspos kemudahan dan kemewahan yang memang mempunyai tujuan untuk menginformasikan suatu hasil produk kepada masyarakat.

Dalam hal ini penampilan adegan iklan yang ditayangkan lewat media seolah-olah tidak mempunyai batasan yang jelas, dan dalam etika periklanan di Indonesia memang tidak ada yang membahas secara spesifik tentang penggunaan daya tarik seks dalam kode etik periklanan. (Anonim, 2004)

Menurut Adona (2006: 43) bukan tidak mungkin suatu iklan justru menimbulkan opini yang melenceng dari tujuan. Dalam hal ini diperlukan kehatihatian pengiklan untuk mengirim pesan yang proporsional baik dalam dimensi bisnis maupun etis agar mampu menumbuhkan reaksi positif dari publik. Pengiklan yang baik hendaknya memperhatikan hak-hak konsumen dan mematuhi 3 kode etik periklanan karena suatu iklan yang tidak sopan tidak akan efektif dalam merebut perhatian pemirsa atau mengubah sikap seseorang.

Aneka ragam iklan mulai dari yang ditayangkan secara tradisional melalui media-media cetak maupun melalui media yang lebih modern seperti radio, televisi dan internet. Kesemuanya itu sedikit banyak telah meningkatkan penjualan dari produk yang telah ditawarkan oleh suatu unit usaha. Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan produk dalam bisnis,terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada persoalan etika. Etika yang dimaksud disini adalah dari content serta visualisasi iklan tersebut yang dianggap sebagai pembodohan serta penipuan terhadap konsumen.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Iklan

Iklan atau dalam bahasa Indonesia formalnya pariwara adalah promosi benda seperti barang, jasa, tempat usaha, dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Manajemen pemasaran melihat iklan sebagai bagian dari strategi promosi secara keseluruhan. Komponen lainnya dari promosi termasuk publisitas, hubungan masyarakat, penjualan, dan promosi penjualan.

  Sedangkan menurut Kotler & Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan (2007:244) Iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah semua bentuk presentasi nonpersonal yang dimaksudkan untuk mempromosikan gagasan, atau memberikan informasi tentang keungulan dan keuntungan suatu produk, jasa, atau tempat usaha yang dibiayai pihak sponsor tertentu.
Tujuan Iklan Menurut Kasali (2007:45), mengatakan bahwa tujuan iklan adalah :

1.      Sebagai alat bagi komunikasi dan koordinasi. Tujuan memberikan tuntunan bagi pihak- pihak yang terlibat, yakni pengiklan (klien), account executive dari pihak biro, dan tim kreatif untuk saling berkomunikasi. Tujuan ini juga membantu koordinasi bagi setiap kelompok kerja, seperti suatu tim yang terdiri dari copywriter, spesialis radio, pembeli media, dan spesialis riset.

2.      Memberikan kriteria dalam pengambilan keputusan. Jika ada dua alternatif dalam kampanye iklan, salah satu daripadanya harus dipilih. Berbeda dengan keputusan yang dilakukan berdasarkan selera eksekutif (atau istrinya), mereka semua harus kembali pada tujuan dan memutuskan mana yang lebih cocok.

3.      Sebagai alat evaluasi. Tujuan juga digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil suatu kampanye periklanan. Oleh karena itu timbul kebutuhan untuk mengaitkan beberapa ukuran seperti pangsa pasar atau kesadaran merek dengan tujuan kampanye periklanan.

2.2 Fungsi Dari Periklanan

    Periklanan memiliki 2 fungsi, yaitu persuasif dan informatif. Tetapi iklan yang kita lihat hanya mengandung kedua unsur tersebut. Misalnya iklan sebuah produk. Iklan sebuah produk kebanyakan unsur persuasif nya, tidak sesuai dengan produk yang sebenarnya.

2.3 Prinsip-prinsip Moral yang harus diperhatikan dalam Iklan

Prinsip moral ini akan berhubungan dengan gagasan tentang etika dalam membuat iklan. Prinsip-prinsip tersebut adalah :

1.      Prinsip kejujuran

Ketika kita hubungkan dengan kenyataan bahasa yang digunakan dalam iklan sering dilebih-lebihkan, sehingga bukan menghasilkan informasi tentang persediaan jasa dan barang yang diminta konsumen, malahan akan menciptakan kebutuhan yang lainnya.

2.      Prinsip martabat manusia yang memiliki pribadi yang baik

Iklan yang baik adalah iklan yang menghormati martabat manusia sesuai dengan tuntutan imperatif. Iklan harus menghormati hak dan tanggung jawab terhadap orang yang memilih produk yang dibutuhkan. Karena itu berhubungan dengan dimensi yang ditawarkan. Kebanggaan saat memilih akan menentukan status seseorang.

3.      Iklan dan tanggung  jawab sosial

Iklan wajib menciptakan sesuatu yang baru karena peran utama dari sebuah iklan adalah memberikan informasi tentang kelangkaan sebuah produk yang diperlukan oleh masyarakat, namun kebanyakan iklan bisa menambah konsumsi masyarakat terhadap produk yang di iklankan. Sehingga produk yang di iklankan tersebut menjadi pemuas kebutuhan dari masyarakat.

Etika bisnis merupakan penjabaran etika dalam artian seseorang/individu atau kelompok organisasi bertindak secara benar sesuai dengan moral yang dimilikinya.Selain itu, manipulasi dalam periklanan juga merupakan hal yang cukup merugikan bagi konsumen. Manipulasi disini diartikan sebagi tindakan yang dilakukan oleh si pengiklan terhadap si konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan tanpa si konsumen itu hendak membelinya. Contoh riil pada kasus ini adalah apa yang dinamakan subliminal advertising. Subliminal advertising adalah teknik periklanan yang secara sekilas menyampaikan suatu pesan dengan begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal dibawahambang kesadaran. Teknik ini dipakai dibidang visual maupun audio.

2.4 Kasus Periklanan

Beberapa permasalahan yang telah disebutkan dimuka terkait periklanan oleh dunia bisnis

yang bersinggungan dengan nilai-nilai dan etika, dapat kita perinci sebagai berikut :

 

1.Iklan yang ditampilkan tidak mendidik

Dari sisi content, suatu iklan terkadang malah sering menampilkan sisi-sisi yang sama sekali tidak mendidik terhadap konsumen, taruhlah iklan tersebut secara isi adalah benar, namun dalam visualisasi terhadap konsumen dapat tidak mendidik. Kita dapat melihat beberapa tayangan iklan ditelevisi seperti iklan mobil kijang yang menggunakan anak-anak sebagai model, sekilas penulis tangkap sebagai didikan kepada anak untuk bergayahidup konsumeris.

Iklan-iklan yang tidak logis seperti seorang anak dapat tumbuh besar serta pintar karena mengkonsumsi produk-produk tertentu dan sebagainya. Belum, lagi iklan-iklan yang menonjolkan kekerasan serta sensualitas dalam penayangannya, secara etis iklan-iklan seperti ini tidak layak untuk ditampilkan. Jika boleh penulis merekomendasikan iklan “internet masuk desa” sera “telepon masuk desa” sebagai contoh iklan yang mendidik baik secara content maupun visualisasi terhadap masyarakat.

 

2. Iklan yang ditampilkan cenderung menyerang produk lain

Selain beberapa iklan yang kurang atau bahkan tidak mendidik, terdapat pula seberapa iklam yang dalam pengiklanannya saling menjatuhkan produk yang lain, tentunya ini secara etis merupakan suatu bentuk persaingan yang tidak dibenarkan, karena tindakan tersebut merugikan pihak lain.


2.5 Ciri-ciri iklan yang baik:

o   Etis: berkaitan dengan kepantasan.

o   Estetis: berkaitan dengan kelayakan (target market, target audiennya, kapan harus ditayangkan?).

o   Artistik: bernilai seni sehingga mengundang daya tarik khalayak.

2.6 Contoh Penerapan Etika dalam Periklanan:

–          Iklan rokok: Tidak menampakkan secara eksplisit orang merokok.

–          Iklan pembalut wanita: Tidak memperlihatkan secara realistis dengan memperlihatkan daerah kepribadian wanita tersebut.

–          Iklan sabun mandi: Tidak dengan memperlihatkan orang mandi secara utuh.

2.7 Etika secara umum:

–          Jujur: tidak memuat konten yang tidak sesuai dengan kondisi produk

–          Tidak memicu konflik SARA

–          Tidak mengandung pornografi

–          Tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.

–          Tidak melanggar etika bisnis, contoh: saling menjatuhkan produk tertentu dan sebagainya.

–          Tidak plagiat.


2.8 Penilaian Etis Terhadap Iklan 

1.    Suatu penilaian yang diberikan terhadap adanya iklan tidak lepas dari pemikiran moral. Dalam hal ini prinsip-prinsip etis ternyata tidak cukup untuk umenilai moralitas sebuah iklan karena didalam penerapannya banyak faktor lain yang ikut berperan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      -Maksud si pengiklan

Jika maksud si pengiklan tidak baik, dengan sendirinya moralitas iklan tersebut menjadi tidak baik juga. Dalam kasus iklan operator seluler, penonton dapat menarik kesimpulan dari iklan tersebut bahwa Sule selaku model dalam iklan sebelumnya merasa kapok atau mungkin tidak puas dengan fitur-fitur yang ada di produk sebelumnya, kemudian ia berpindah ke produk sekarang yang menurutnya jauh lebih memuaskan. Sehingga maksud dari pengiklan dapat diterima dengan jelas oleh para penonton walau dengan pengangkapan yang berbeda, karena sebagian penonton akan berpikir bahwa produk yang baru dengan model Sule bermaksut untuk menjatuhkan produk sebelumnya.

2.      -Isi iklan

Isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur yang menyesatkan, dan tidak bermoral. Dalam persaingan yang dilakukan antar operator seluler Si merah dan Si biru, sebagian besar penonton akan menganggap hal tersebut sebagai sebuah lelucon karena model utamanya merupakan seorang pelawak, sehingga isi dari iklan tersebut akan mudah ditangkat. Begitu pula dengan manipulasi yang dilakukan oleh beberapa produk kecantikan, terlihat bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi pemikiran penonton karena model yang ditampilkan terlihat ‘sempurna’ dengan produk dan perlengkapan make up yang digunakan dari produk yang diiklankan.

 2.9 Contoh Reklame yang Etis dan Tidak Etis 

#Etis

 Gambar 1                                                    Gambar 2

    

#Tidak Etis

Gambar 1                                    Gambar 2

 

 





BAB III

PENUTUP

 

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian mengenai masalah periklanan dan etika bisnis, dapat penulis kemukakan beberapa kesimpulan yakni :

Dalam penulisan ini dapat disimpulkan bahwa Dalam periklanan kita tidak dapat lepas dari etika. Dimana di dalam iklan itu sendiri mencakup pokok-pokok bahasan yang menyangkut reaksi kritis masyarakat Indonesia tentang iklan yang dapat dipandang sebagai kasus etika periklanan. Sebuah perusahaan harus memperhatikan etika dan estetika dalam sebuah iklan dan terus memperhatikan hak-hak konsumen.

Berdasarkan uraian mengenai maslah periklanan dan etika bisnis, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yakni:

  1. Hubungan antara etika dan periklanan sangat erat kaitannya dengan pola kebiasaan masyarakat yang terpengaruh dari macam periklanan yang disajikan.
  2. Periklanan merupakan pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa (surat kabar atau majalah) atau ditempat umum.
  3. Periklanan dan Etika Bisnis merupakan penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis, terutama yang diterapkan pada media periklanan.
  4. Di Indonesia khususnya terdapat permasalahan-permasalahan dalam dunia periklanan terutama menyangkut iklan yang tidak mendidik, iklan yang cenderung menyidir produk lain.


DAFTAR PUSTAKA

 

Bertens. K, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 2000

Zimmerrer, Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT. Indeks Jakarta, 1986

Kompas Cyber Media, online diakses 2 oktober 2011 (http://www.kompas.com)

 Bertens. K, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 2000.

Zimmerrer, Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT. Indeks Jakarta, 1986

Kompas Cyber Mediaonline diakses 6 Juni 2006 (http://www.kompas.com)

Joko. Sri, Manajemen Produksi dan Operasi, UMM Press, Jaakarta , 2004

Coleman, John & Tomko, Miklos (Eds.), “Mas Media”, dalam majalah Concilium, SCM Press Ltd, London, 1993/6.

 

Link Youtube : https://youtu.be/8zU-ZbNLhls




#bangganarotama

#febunnaraya

#prodimanajemen

#universitasnarotama

#dosenkuayurai

#etikabisnis

#etikaperiklanan

#missmanagement


Komentar

Postingan populer dari blog ini

UJIAN AKHIR SEMESTER (ETIKA BISNIS)

TUGAS 2 : Perusahaan Modern yang menerapkan Etika dalam Bisnis